Friday, December 14, 2018

Pendalaman Alkitab Yesaya 56:1-8


Pada pasal ini nabi Yesaya menyampaikan bahwa tidak seorangpun akan dikecualikan dari tawaran keselamatan. Orang asing (di luar Yahudi) yang memegang ketetapan Tuhan, akan mendapatkan hak yang sama dengan bangsa Yahudi yang percaya kepada Allah Israel.  Pada bagian pertama, Yesaya menyampaikan bahwa keselamatan dan keadilan Allah akan datang, hal ini berbicara tentang “Kerajaan Allah” yang sudah dekat. Keselamatan dan keadilan yang dari Allah berbicara tentang karya besar penebusan manusia dari dosa yang akan segera datang, dan mereka yang mengharapkan kedatangan Mesias harus menjadi umat yang suci. Janji bahwa “keselamatan” yang dari Allah akan datang, berdasarkan konteksnya menujukkan pembebasan Israel dari perbudakan Babel. Namun, pada konteks yang lebih jauh, janji ini menunjukkan kehadiran Tuhan Yesus sebagai raja yang membebaskan umat-Nya dari perbudakan kerohanian (Luk. 21:31; Rom. 13:11).

Pembelajaran kedua dari bagian ini adalah mengenai siapa yang akan memperoleh penggenapan janji “kerajaan Allah” atau karya keselamatan dari Allah, yang akan segera digenapi? Pertama, orang yang memelihara Sabat (ayat 2-4). Kedua, orang asing yang beribadah pada Yahwe (ayat 3-6). Ketiga, orang yang dikebiri (ayat 3-4). Yesaya memerintahkan pembacanya untuk selalu mentaati perintah Allah dan menegakkan keadilan. Yesaya ingin berkata bahwa agar umat Tuhan mematikan dosa sehingga menjadi suci, sebab kerajaan Allah akan datang. Deklarasi Yesaya ini agak mirip dengan deklarasi Yohanes Pembaptis ketika ia mengumumkan kedatangan Yesus sang Mesias: “Bertobatlah kamu, sebab kerajaan surga sudah dekat” (Matius 3:2). Jadi, Yesaya sedang menyampaikan pesan bahwa kehadiran Yesus tidak saja membawa umat Tuhan kepada kesucian, tetapi kesucian menjadi syarat mereka beroleh penggenapan akan segera hadirnya “Kerajaan Allah”.
Selanjutnya dijelaskan hak-hak istimewa yang diberikan Allah kepada orang-orang asing dan orang yang dikebiri (ayat 7). Hak-hak itu diantaranya adalah: Pertama, mereka akan dibawa ke gunung kudus Tuhan. Ini artinya bahwa orang asing yang percaya kepada Yahwe akan diterima dalam persekutuan dalam tubuh Kristus, dan Allah berkenan hadir dalam ibadah-ibadah itu. Kedua, mereka akan dibuat bergembira di dalam rumah Tuhan. Ketiga, persembahan mereka akan diterima Allah. Semua hak-hak ini menunjukkan bahwa untuk selanjutnya, Allah tidak lagi membuat perbedaan antara bangsa Yahudi dan bukan Yahudi.

Tuesday, December 11, 2018

Renungan Harian : Mengampuni Dengan Segenap Hati

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolose 3:13)

Firman Tuhan di atas memiliki makna agar kita mengampuni dengan segenap hati. Kata “ampunilah” dari ayat di atas dalam bahasa Yunani yaitu χαριζομαι - Charizomai. Charizomai memiliki makna “melepaskan.” Dalam konteks pengampunan, kata melepaskan memiliki makna mengampuni orang yang bersalah dengan segenap hati.
Banyak pasangan bercerai, salah satunya karena kurangnya pengampunan. Kata-kata kasar dari suami atau istrinya menembus sampai ke hati, sehingga pribadi yang terluka sulit memaafkan. Banyak keluarga juga mengalami keretakan relasi, karena antara orangtua dan anak atau antar saudara satu sama lain sulit untuk saling memaafkan kesalahan. Banyak kolega dalam pekerjaan juga terpisahkan karena pengampunan sulit diberikan.

Alkitab menyatakan bahwa pengampunan sejati diberikan oleh Tuhan Yesus. Bahkan, Yesus memberikan pengampunan tanpa batas kepada kita yang menanggung banyak dosa. Oleh pengampunan-Nya, kita dibebaskan dari hukuman atas dosa. Bacaan Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersikap sabar dan suka mengampuni seorang terhadap yang lain, sama seperti Tuhan Yesus yang telah mengampuni dosa-dosa kita.

Kita perlu mengutamakan pengampunan, bahkan jika kita tak berada dalam posisi salah sekalipun! Jika kita berpegang pada gigi ganti gigi, mata ganti mata, maka seluruh dunia akan menjadi buta dan ompong. Ketika seseorang berbuat salah terhadap sesamanya memang merupakan hal yang lumrah dan bisa saja terjadi. Maka dari itu, prinsip saling mengampuni satu sama lain bisa menjadi sesuatu yang sangat menggembirakan. Apa untungnya jika kita saling dendam hingga akhirnya saling menyakiti diri sendiri. Lebih baik kita berdamai dan saling mengampuni agar hidup kita menjadi lebih tentram dan indah.

Doa: Ya Bapa, ajarkan kami untuk mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kami. Supaya dengan demikian Engkau pun mengampuni kesalahan kami. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Pendalaman Alkitab Yesaya 52:13-53:12

Yesus itu cukup bagi semua umat manusia. Pasal 52:13 menyatakan bahwa bagi Tuhan yang disebut orang yang berhasil adalah orang yang mau melakukan firman di atas kehendak dirinya sendiri. Bagi Tuhan orang dikatakan berhasil bukan pertama-tama karena ia memiliki harta ini dan itu, kepintaran ini dan itu, pangkat kedudukan ini dan itu. Tapi dalam pandangan Tuhan orang yang berhasil adalah ketika orang itu mulai menempatkan firman Tuhan di atas kehendak dirinya sendiri.
Ketika kita menempatkan kehendak kita lebih tinggi dari firman Tuhan, maka pada saat itulah kita mulai jatuh. Tuhan Yesus memberikan teladan yang baik bagi kita bagaimana menempatkan Firman Allah/kehendak Allah lebih tinggi dari kehendak diri sendiri. Setiap kita mempunyai pemikiran yang berbeda tentang keberhasilan, hal itu tidak salah namun kita mau kembali kepada firman Allah. Bagi kita Alkitab adalah sebuah patokan, ukuran tertinggi untuk menilai segala sesuatu di dalam kehidupan. Karena itu sudah sepatutnya bagi kita untuk menggali dari kebenaran Alkitab dalam persoalan ini.

Yesaya 53 harus dipahami sebagai suatu bentuk keberhasilan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan rencana Bapa-Nya yang sudah ada sejak dari semula. Pasal ini juga merupakan acuan terhadap kedatangan Anak Daud, Sang Mesias. Raja Mesias telah dinubuatkan untuk menderita dan mati demi membayar dosa-dosa kita dan kemudian bangkit kembali. Dia akan melayani sebagai imam bagi bangsa-bangsa di dunia dan memakai darah penebusan-Nya untuk menguduskan mereka yang percaya. Semua nubuatan ini mengacu pada satu Pribadi – Yesus Kristus.

Rabi Moshe Kohen Ibn Crispin mengatakan, “Rabi ini mengatakan bahwa mereka yang menafsirkan Yesaya 53 sebagai acuan kepada Israel sebagai mereka yang “meninggalkan pengetahuan dari Guru kita, dan condong kepada “kedegilan hati mereka sendiri,’ dan pada pendapat mereka sendiri.”
Keberhasilan Tuhan Yesus nampak pada Yesaya 53:12, bahwa Dia, sang Hamba Tuhan yang menderita itu, akan membagikan rampasan atau jarahan yang besar ganti penyerahan nyawa-Nya. Itu berarti, akan ada banyak jiwa-jiwa berduyun-duyun datang menyembah dan memuliakan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat sejati bagi seluruh umat manusia.

Monday, December 10, 2018

Pendalaman Alkitab, Yesaya 50:1-11

Ayat 1-3 menjelaskan, secara pribadi Allah tidak bermaksud menyisihkan istri perjanjian-Nya, yaitu Israel, selama pembuangan ke Babel, tetapi terjadi karena kesalahan Israel yang tidak mau mendengar seruan-Nya.

Ayat 4-11 perikopnya, ‘Ketaatan hamba Tuhan’. Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang Yesus, tetapi bisa juga kita ambil pelajaran bagi kita semua saat ini. Pendapat penulis, hamba Tuhan bukan hanya berbicara soal Yesus ataupun pendeta, tetapi setiap kita yang melayani-Nya disebut sebagai hamba Tuhan. Hal-hal yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan, yaitu:

Memiliki Lidah Seorang Murid (Ayat 4)
Fungsi lidah adalah untuk berbicara. Berbicara seperti apa yang seharusnya kita lakukan? Kita harus memakai lidah kita untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Menurut penulis, jika benar kita sebagai murid Kristus, seyogyanya kita bisa mengendalikan perkataan kita untuk tidak menyebarkan gossip, memaki, mengutuk, tetapi dapat dipakai untuk membangun iman orang lain. Teladani Yesus, yang memakai mulut-Nya untuk memberitakan Firman, membangkitkan semangat orang, menegur dosa sehingga orang bisa bertobat! Aplikasi: sudahkah kita memakai mulut kita untuk membangun semangat dan iman orang lain?

Telinga Seorang Murid (Ayat 4-5)
Fungsi telinga adalah untuk mendengar. Hal-hal apa yang lebih banyak kita dengar? Apakah telinga kita, kita pakai untuk mendengar hal-hal yang tidak berguna dan menyebabkan iman kita menjadi kandas? Kita harus meminta pada Tuhan, agar mempertajam pendengaran kita untuk mendengarkan segala sesuatu tentang kebenaran-Nya!

Memiliki Sifat: Tidak Membalas Kejahatan Dengan Kejahatan (Ayat 6)
Penulis teringat akan Roma 12:21, “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” Seperti apa yang Yesus lakukan saat Dia menanggung dosa kita dalam proses penyaliban dalam Matius 26:67; 27:30; Markus 14:65. Yesus tidak membalas, justru Dia mau mengampuni. Aplikasi: Bisakah kita tidak membalas jahat dengan jahat terhadap orang yang telah menyakiti kita? Bisakah kita mengampuni, seperti yang Yesus lakukan?

Memiliki Iman (Ayat 7,9)
Percaya Allah pasti menolong! Kita pun harus percaya bahwa penderitaan yang kita alami hanyalah sementara. Kita harus terus mengarahkan mata iman kita pada pertolongan Allah secara sempurna dan upah yang telah disiapkan-Nya!

Renungan Harian : Mengampuni Sampai Tuntas, Matius 6:14-15

“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15)

Mengampuni adalah salah satu hal klasik yang seringkali menjadi dilemma bagi kita sebagai orang percaya. Tidak banyak yang bisa mengampuni dengan sepenuh hati sekalipun sudah lama mengenal kebenaran. Mengapa? Karena mengampuni bukan sekedar melupakan kesalahan orang lain, tetapi juga berdamai dengan diri kita sendiri setelah kita tersakiti. Masalah kita bisa berteman kembali dengan orang yang sudah menyakiti berdamailah dan baru persembahkan korban. Yesus menaruh perhatian yang cukup dalam disini karena setiap korban yang tidak diberikan dengan hati yang benar, maka tidak akan berkenan di hadapan Tuhan. Bagaimana kita bisa berbaikan kembali dengan orang yang sudah melukai hati kita itu pilihan lain lagi.
Markus 11:25 berkata jika kita beribadah kepada Tuhan namun kita masih teringat akan hal yang belum dibereskan dengan orang lain, maka Yesus berkata: sebaiknya tinggalkan dulu korban persembahan kita itu, mungkin kita bisa beribadah dengan khusyuk kepada Tuhan sementara hati kita masih belum cukup berdamai dengan orang lain? Bagaimana kita bisa berkata sudah memberikan korban yang terbaik pada hal hati kita masih menyimpan akar pahit dengan orang lain? Tentu kita ingat bagaimana korban Kain yang tidak diterima Allah karena manaruh sesutu iri hati kepada Habel.
Kalau kita sudah mengampuni dengan tuntas, maka hati kita akan merasa damai sejahtera. Tidak akan ada rasa mengganjal ataupun sesuatu yang belum tenang. Jika hidup kita masih belum tenang dan masih ada sesuatu yang mengganjal, segera lakukan pemberesan agar hidup kita berkenan kembali di hadapanTuhan. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.” (Efesus 4:31-32).

Doa: Tuhan Yesus, selidikilah hati kami. Kami tidak mau menyimpan akar pahit dalam hati. Kami mau berdamai dengan semua orang supaya kami dapat memberikan korban yang terbaik. Amin.

Pendalaman Alkitab, Yesaya 51: 1-23

Perikop ini berisi beberapa nubuatan yang ditujukan kepada Israel dan bangsa-bangsa yang memusuhinya. Nubuatan ini dituliskan tidak berurutan, namun melompat dari satu topik ke topik lainnya.
Ayat 1-3 ditujukan kepada Israel. Terkhusus ayat 3 dikaitkan dengan kerajaan 1000 Tahun di mana pemulihan Zion, Gunung Tuhan yang ada di Yerusalem terjadi. Saat ini di sana masih penuh dengan kecamuk pertikaian dan perang, suatu kali kelak akan kembali penuh damai karena Tuhan Yesus yang memerintah. Apakah Tuhan juga memerintah rumah tangga, perusahaan, gereja dan organisasi Anda sehingga penuh damai? Yesaya 51:3, “Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.”
Ayat 4-5  juga terkait dengan kerajaan 1000 tahun di mana Tuhan yang akan memerintah atas bangsa-bangsa. Di saat itulah bangsa-bangsa akan mengalami kualitas kepemimpinan Tuhan yang baik, adil dan benar. Yesaya 51:4-5, “Dalam sekejap mata keselamatan yang dari pada-Ku akan dekat, kelepasan yang Kuberikan akan tiba, dan dengan tangan kekuasaan-Ku Aku akan memerintah bangsa-bangsa; kepada-Kulah pulau-pulau menanti-nanti, perbuatan tangan-Ku mereka harapkan.”
Ayat 6 berbicara tentang lenyapnya langit yang lama dan bumi yang lama, namun jaminan keselamatan dari Tuhan untuk umat-Nya tetap berlaku, karena kepada mereka diberikan langit dan bumi yang baru. Hal ini terjadi setelah masa kerajaan Kristus 1000 tahun. Yesaya 51:6, “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir.”
Ayat 7-10 berbicara tentang ajakan Tuhan kepada umat-Nya untuk tidak takut kepada orang jahat yang menganiaya mereka, karena Tuhan akan membalas kejahatan mereka. Ayat 11-16 kembali memuat janji keselamatan bagi umat-Nya. Ayat 17 sampai akhir berbicara tentang bagaimana Tuhan akan menyudahi hukuman Allah atas Israel dan mengalihkannya kepada bangsa-bangsa yang jahat.

Pertanyaan Refleksi Pribadi:
Apakah yang Anda ketahui tentang Kerajaan 1000 tahun damai menurut konteks Yesaya 51:1-23? Jawab:

Tuesday, December 4, 2018

Renungan : Kedamaian Kekal Yohanes 14:27

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”
(Yohanes 14:27)

Setiap orang menginginkan sebuah kedamaian, artinya ada rasa aman, tidak ada kerusuhan atau perang, seperti yang pernah dirasakan oleh Penulis. Ketika ada dalam suasana kerusuhan sangat tidak menyenangkan. Saat beribadah harus tetap siaga, jika ada yang membunyikan tiang listrik maka ibadah harus segera diselesaikan saat itu juga dan semua jemaat harus pulang ke rumah atau mengungsi. Pengalaman lain ketika sedang belajar di sekolah dan ada yang berteriak: “kita diserang”, maka semua siswa harus segera mengungsi ke asrama tentara yang dekat dengan Sekolah. Situasi seperti ini terjadi  pada tahun 2001. Akibatnya ruang gerak terbatas dan harus tetap berwaspada atau berjaga-jaga setiap waktu.
 
Kondisi seperti ini membuat masyarakat yang ada di Maluku Utara hidup dalam ketakutan dan terus menanti kapan berakhir dan semua kembali seperti semula, realitanya kurang lebih dua sampai tiga tahun barulah keadaan membaik, rasa takut dan kuatir perlahan-lahan mulai hilang. Keadaan aman dan tenang merupakan dambaan semua orang, tetapi perlu diingat bahwa ketenangan yang ada di dunia ini hanya sementara, walaupun secara manusia terlihat aman dan tenteram. Ketenangan yang dari Tuhan itukekal.
 
Oleh sebab itu, kita perlu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, dan izinkan Dia menguasai seluruh kehidupan kita melalui pribadi Roh Kudus yang tinggal dalam hidup kita. Dengan demikian kedamaian kekal akan dirasakan setiap waktu walaupun situasi di sekeliling kita tidak mendukung. Hari ini biarlah damai dari Tuhan  yang memelihara hati dan pikiran kita. Filipi 4:7 mengatakan, “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.“
Doa: Terima kasih Tuhan Yesus buat kedamaian yang Engkau berikan dalam hidupku. Biarlah hidupku tetap ada dalam naungan-Mu. Amin.

ILUSTRASI TIDAK MERASA CUKUP

Cukup itu berapa?


Ada seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata “cukup”.


Si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya. Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya.  Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana. Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.
Masih kurang.


Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.
Belum cukup. Dia membiarkan mata air itu terus mengalir, hingga akhirnya petani itu mati tertimbun.
Petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya, karena dia tak pernah bisa berkata “cukup”.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup ?
Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.


Semua merasa kurang, kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata “cukup” ? Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup, adalah persoalan kepuasan hati. Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.
Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup, bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yg berbahagia.


Amsal 30:15-16  Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: "Cukup!"
Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan bumi yang tidak pernah puas dengan air, dan api yang tidak pernah berkata: "Cukup!"
Ibrani 13:5 "...cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Sunday, December 2, 2018

ILUSTRASI PENGHARAPAN



Suatu hari seorang ayah menyuruh anak-anaknya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yang berbeda.


Anak pertama disuruhnya pergi pada musim dingin. Anak ke-2 pada musim semi. Anak ke 3 pada musim panas. Dan anak yang ke-4 pada musim gugur.
Anak 1: Pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.
Anak 2: Pohon itu dipenuhi kuncup-kuncup hijau yang menjanjikan.
Anak 3: Pohon itu dipenuhi dengan bunga-bunga yg menebarkan bau yang harum.
Anak 4: Ia tidak setuju dengan saudaranya, ia berkata bahwa pohon itu penuh dengan buah yang matang dan ranum.


Kemudian sang ayah berkata bahwa kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yang berbeda.

Ayahnya berpesan, “Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa yang sulit.”


Ketika kamu sedang mengalami masa-masa sulit, segalanya terlihat tidak menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan cepat menyalahkan diri dan orang lain bahkan berkata bahwa kamu tidak mampu, bodoh dan bernasib sial. Ingatlah, kamu berharga di mata Tuhan, tidak ada istilah nasib sial bagi orang percaya.


Jika kamu tidak bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan kehilangan musim semi dan musim panas yang menjanjikan harapan, dan kamu tidak akan menuai hasil di musim gugur. Bersama Tuhan selalu ada pengharapan yang baru.

Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Saturday, December 1, 2018

ILUSTRASI KEBENCIAN DAN PENGAMPUNAN






Seorang ibu guru taman kanak-kanak mengadakan suatu permainan. Ibu guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa, tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.


 Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

“Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?” tanya si ibu guru.
Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.
Guru pun menjelaskan apa arti dari permainan yang mereka lakukan.

“Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.”
Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu.

Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup?