Friday, December 14, 2018

Pendalaman Alkitab Yesaya 56:1-8


Pada pasal ini nabi Yesaya menyampaikan bahwa tidak seorangpun akan dikecualikan dari tawaran keselamatan. Orang asing (di luar Yahudi) yang memegang ketetapan Tuhan, akan mendapatkan hak yang sama dengan bangsa Yahudi yang percaya kepada Allah Israel.  Pada bagian pertama, Yesaya menyampaikan bahwa keselamatan dan keadilan Allah akan datang, hal ini berbicara tentang “Kerajaan Allah” yang sudah dekat. Keselamatan dan keadilan yang dari Allah berbicara tentang karya besar penebusan manusia dari dosa yang akan segera datang, dan mereka yang mengharapkan kedatangan Mesias harus menjadi umat yang suci. Janji bahwa “keselamatan” yang dari Allah akan datang, berdasarkan konteksnya menujukkan pembebasan Israel dari perbudakan Babel. Namun, pada konteks yang lebih jauh, janji ini menunjukkan kehadiran Tuhan Yesus sebagai raja yang membebaskan umat-Nya dari perbudakan kerohanian (Luk. 21:31; Rom. 13:11).

Pembelajaran kedua dari bagian ini adalah mengenai siapa yang akan memperoleh penggenapan janji “kerajaan Allah” atau karya keselamatan dari Allah, yang akan segera digenapi? Pertama, orang yang memelihara Sabat (ayat 2-4). Kedua, orang asing yang beribadah pada Yahwe (ayat 3-6). Ketiga, orang yang dikebiri (ayat 3-4). Yesaya memerintahkan pembacanya untuk selalu mentaati perintah Allah dan menegakkan keadilan. Yesaya ingin berkata bahwa agar umat Tuhan mematikan dosa sehingga menjadi suci, sebab kerajaan Allah akan datang. Deklarasi Yesaya ini agak mirip dengan deklarasi Yohanes Pembaptis ketika ia mengumumkan kedatangan Yesus sang Mesias: “Bertobatlah kamu, sebab kerajaan surga sudah dekat” (Matius 3:2). Jadi, Yesaya sedang menyampaikan pesan bahwa kehadiran Yesus tidak saja membawa umat Tuhan kepada kesucian, tetapi kesucian menjadi syarat mereka beroleh penggenapan akan segera hadirnya “Kerajaan Allah”.
Selanjutnya dijelaskan hak-hak istimewa yang diberikan Allah kepada orang-orang asing dan orang yang dikebiri (ayat 7). Hak-hak itu diantaranya adalah: Pertama, mereka akan dibawa ke gunung kudus Tuhan. Ini artinya bahwa orang asing yang percaya kepada Yahwe akan diterima dalam persekutuan dalam tubuh Kristus, dan Allah berkenan hadir dalam ibadah-ibadah itu. Kedua, mereka akan dibuat bergembira di dalam rumah Tuhan. Ketiga, persembahan mereka akan diterima Allah. Semua hak-hak ini menunjukkan bahwa untuk selanjutnya, Allah tidak lagi membuat perbedaan antara bangsa Yahudi dan bukan Yahudi.

Tuesday, December 11, 2018

Renungan Harian : Mengampuni Dengan Segenap Hati

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolose 3:13)

Firman Tuhan di atas memiliki makna agar kita mengampuni dengan segenap hati. Kata “ampunilah” dari ayat di atas dalam bahasa Yunani yaitu χαριζομαι - Charizomai. Charizomai memiliki makna “melepaskan.” Dalam konteks pengampunan, kata melepaskan memiliki makna mengampuni orang yang bersalah dengan segenap hati.
Banyak pasangan bercerai, salah satunya karena kurangnya pengampunan. Kata-kata kasar dari suami atau istrinya menembus sampai ke hati, sehingga pribadi yang terluka sulit memaafkan. Banyak keluarga juga mengalami keretakan relasi, karena antara orangtua dan anak atau antar saudara satu sama lain sulit untuk saling memaafkan kesalahan. Banyak kolega dalam pekerjaan juga terpisahkan karena pengampunan sulit diberikan.

Alkitab menyatakan bahwa pengampunan sejati diberikan oleh Tuhan Yesus. Bahkan, Yesus memberikan pengampunan tanpa batas kepada kita yang menanggung banyak dosa. Oleh pengampunan-Nya, kita dibebaskan dari hukuman atas dosa. Bacaan Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersikap sabar dan suka mengampuni seorang terhadap yang lain, sama seperti Tuhan Yesus yang telah mengampuni dosa-dosa kita.

Kita perlu mengutamakan pengampunan, bahkan jika kita tak berada dalam posisi salah sekalipun! Jika kita berpegang pada gigi ganti gigi, mata ganti mata, maka seluruh dunia akan menjadi buta dan ompong. Ketika seseorang berbuat salah terhadap sesamanya memang merupakan hal yang lumrah dan bisa saja terjadi. Maka dari itu, prinsip saling mengampuni satu sama lain bisa menjadi sesuatu yang sangat menggembirakan. Apa untungnya jika kita saling dendam hingga akhirnya saling menyakiti diri sendiri. Lebih baik kita berdamai dan saling mengampuni agar hidup kita menjadi lebih tentram dan indah.

Doa: Ya Bapa, ajarkan kami untuk mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kami. Supaya dengan demikian Engkau pun mengampuni kesalahan kami. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Pendalaman Alkitab Yesaya 52:13-53:12

Yesus itu cukup bagi semua umat manusia. Pasal 52:13 menyatakan bahwa bagi Tuhan yang disebut orang yang berhasil adalah orang yang mau melakukan firman di atas kehendak dirinya sendiri. Bagi Tuhan orang dikatakan berhasil bukan pertama-tama karena ia memiliki harta ini dan itu, kepintaran ini dan itu, pangkat kedudukan ini dan itu. Tapi dalam pandangan Tuhan orang yang berhasil adalah ketika orang itu mulai menempatkan firman Tuhan di atas kehendak dirinya sendiri.
Ketika kita menempatkan kehendak kita lebih tinggi dari firman Tuhan, maka pada saat itulah kita mulai jatuh. Tuhan Yesus memberikan teladan yang baik bagi kita bagaimana menempatkan Firman Allah/kehendak Allah lebih tinggi dari kehendak diri sendiri. Setiap kita mempunyai pemikiran yang berbeda tentang keberhasilan, hal itu tidak salah namun kita mau kembali kepada firman Allah. Bagi kita Alkitab adalah sebuah patokan, ukuran tertinggi untuk menilai segala sesuatu di dalam kehidupan. Karena itu sudah sepatutnya bagi kita untuk menggali dari kebenaran Alkitab dalam persoalan ini.

Yesaya 53 harus dipahami sebagai suatu bentuk keberhasilan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan rencana Bapa-Nya yang sudah ada sejak dari semula. Pasal ini juga merupakan acuan terhadap kedatangan Anak Daud, Sang Mesias. Raja Mesias telah dinubuatkan untuk menderita dan mati demi membayar dosa-dosa kita dan kemudian bangkit kembali. Dia akan melayani sebagai imam bagi bangsa-bangsa di dunia dan memakai darah penebusan-Nya untuk menguduskan mereka yang percaya. Semua nubuatan ini mengacu pada satu Pribadi – Yesus Kristus.

Rabi Moshe Kohen Ibn Crispin mengatakan, “Rabi ini mengatakan bahwa mereka yang menafsirkan Yesaya 53 sebagai acuan kepada Israel sebagai mereka yang “meninggalkan pengetahuan dari Guru kita, dan condong kepada “kedegilan hati mereka sendiri,’ dan pada pendapat mereka sendiri.”
Keberhasilan Tuhan Yesus nampak pada Yesaya 53:12, bahwa Dia, sang Hamba Tuhan yang menderita itu, akan membagikan rampasan atau jarahan yang besar ganti penyerahan nyawa-Nya. Itu berarti, akan ada banyak jiwa-jiwa berduyun-duyun datang menyembah dan memuliakan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat sejati bagi seluruh umat manusia.

Monday, December 10, 2018

Pendalaman Alkitab, Yesaya 50:1-11

Ayat 1-3 menjelaskan, secara pribadi Allah tidak bermaksud menyisihkan istri perjanjian-Nya, yaitu Israel, selama pembuangan ke Babel, tetapi terjadi karena kesalahan Israel yang tidak mau mendengar seruan-Nya.

Ayat 4-11 perikopnya, ‘Ketaatan hamba Tuhan’. Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang Yesus, tetapi bisa juga kita ambil pelajaran bagi kita semua saat ini. Pendapat penulis, hamba Tuhan bukan hanya berbicara soal Yesus ataupun pendeta, tetapi setiap kita yang melayani-Nya disebut sebagai hamba Tuhan. Hal-hal yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan, yaitu:

Memiliki Lidah Seorang Murid (Ayat 4)
Fungsi lidah adalah untuk berbicara. Berbicara seperti apa yang seharusnya kita lakukan? Kita harus memakai lidah kita untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Menurut penulis, jika benar kita sebagai murid Kristus, seyogyanya kita bisa mengendalikan perkataan kita untuk tidak menyebarkan gossip, memaki, mengutuk, tetapi dapat dipakai untuk membangun iman orang lain. Teladani Yesus, yang memakai mulut-Nya untuk memberitakan Firman, membangkitkan semangat orang, menegur dosa sehingga orang bisa bertobat! Aplikasi: sudahkah kita memakai mulut kita untuk membangun semangat dan iman orang lain?

Telinga Seorang Murid (Ayat 4-5)
Fungsi telinga adalah untuk mendengar. Hal-hal apa yang lebih banyak kita dengar? Apakah telinga kita, kita pakai untuk mendengar hal-hal yang tidak berguna dan menyebabkan iman kita menjadi kandas? Kita harus meminta pada Tuhan, agar mempertajam pendengaran kita untuk mendengarkan segala sesuatu tentang kebenaran-Nya!

Memiliki Sifat: Tidak Membalas Kejahatan Dengan Kejahatan (Ayat 6)
Penulis teringat akan Roma 12:21, “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” Seperti apa yang Yesus lakukan saat Dia menanggung dosa kita dalam proses penyaliban dalam Matius 26:67; 27:30; Markus 14:65. Yesus tidak membalas, justru Dia mau mengampuni. Aplikasi: Bisakah kita tidak membalas jahat dengan jahat terhadap orang yang telah menyakiti kita? Bisakah kita mengampuni, seperti yang Yesus lakukan?

Memiliki Iman (Ayat 7,9)
Percaya Allah pasti menolong! Kita pun harus percaya bahwa penderitaan yang kita alami hanyalah sementara. Kita harus terus mengarahkan mata iman kita pada pertolongan Allah secara sempurna dan upah yang telah disiapkan-Nya!

Renungan Harian : Mengampuni Sampai Tuntas, Matius 6:14-15

“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15)

Mengampuni adalah salah satu hal klasik yang seringkali menjadi dilemma bagi kita sebagai orang percaya. Tidak banyak yang bisa mengampuni dengan sepenuh hati sekalipun sudah lama mengenal kebenaran. Mengapa? Karena mengampuni bukan sekedar melupakan kesalahan orang lain, tetapi juga berdamai dengan diri kita sendiri setelah kita tersakiti. Masalah kita bisa berteman kembali dengan orang yang sudah menyakiti berdamailah dan baru persembahkan korban. Yesus menaruh perhatian yang cukup dalam disini karena setiap korban yang tidak diberikan dengan hati yang benar, maka tidak akan berkenan di hadapan Tuhan. Bagaimana kita bisa berbaikan kembali dengan orang yang sudah melukai hati kita itu pilihan lain lagi.
Markus 11:25 berkata jika kita beribadah kepada Tuhan namun kita masih teringat akan hal yang belum dibereskan dengan orang lain, maka Yesus berkata: sebaiknya tinggalkan dulu korban persembahan kita itu, mungkin kita bisa beribadah dengan khusyuk kepada Tuhan sementara hati kita masih belum cukup berdamai dengan orang lain? Bagaimana kita bisa berkata sudah memberikan korban yang terbaik pada hal hati kita masih menyimpan akar pahit dengan orang lain? Tentu kita ingat bagaimana korban Kain yang tidak diterima Allah karena manaruh sesutu iri hati kepada Habel.
Kalau kita sudah mengampuni dengan tuntas, maka hati kita akan merasa damai sejahtera. Tidak akan ada rasa mengganjal ataupun sesuatu yang belum tenang. Jika hidup kita masih belum tenang dan masih ada sesuatu yang mengganjal, segera lakukan pemberesan agar hidup kita berkenan kembali di hadapanTuhan. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.” (Efesus 4:31-32).

Doa: Tuhan Yesus, selidikilah hati kami. Kami tidak mau menyimpan akar pahit dalam hati. Kami mau berdamai dengan semua orang supaya kami dapat memberikan korban yang terbaik. Amin.

Pendalaman Alkitab, Yesaya 51: 1-23

Perikop ini berisi beberapa nubuatan yang ditujukan kepada Israel dan bangsa-bangsa yang memusuhinya. Nubuatan ini dituliskan tidak berurutan, namun melompat dari satu topik ke topik lainnya.
Ayat 1-3 ditujukan kepada Israel. Terkhusus ayat 3 dikaitkan dengan kerajaan 1000 Tahun di mana pemulihan Zion, Gunung Tuhan yang ada di Yerusalem terjadi. Saat ini di sana masih penuh dengan kecamuk pertikaian dan perang, suatu kali kelak akan kembali penuh damai karena Tuhan Yesus yang memerintah. Apakah Tuhan juga memerintah rumah tangga, perusahaan, gereja dan organisasi Anda sehingga penuh damai? Yesaya 51:3, “Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.”
Ayat 4-5  juga terkait dengan kerajaan 1000 tahun di mana Tuhan yang akan memerintah atas bangsa-bangsa. Di saat itulah bangsa-bangsa akan mengalami kualitas kepemimpinan Tuhan yang baik, adil dan benar. Yesaya 51:4-5, “Dalam sekejap mata keselamatan yang dari pada-Ku akan dekat, kelepasan yang Kuberikan akan tiba, dan dengan tangan kekuasaan-Ku Aku akan memerintah bangsa-bangsa; kepada-Kulah pulau-pulau menanti-nanti, perbuatan tangan-Ku mereka harapkan.”
Ayat 6 berbicara tentang lenyapnya langit yang lama dan bumi yang lama, namun jaminan keselamatan dari Tuhan untuk umat-Nya tetap berlaku, karena kepada mereka diberikan langit dan bumi yang baru. Hal ini terjadi setelah masa kerajaan Kristus 1000 tahun. Yesaya 51:6, “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir.”
Ayat 7-10 berbicara tentang ajakan Tuhan kepada umat-Nya untuk tidak takut kepada orang jahat yang menganiaya mereka, karena Tuhan akan membalas kejahatan mereka. Ayat 11-16 kembali memuat janji keselamatan bagi umat-Nya. Ayat 17 sampai akhir berbicara tentang bagaimana Tuhan akan menyudahi hukuman Allah atas Israel dan mengalihkannya kepada bangsa-bangsa yang jahat.

Pertanyaan Refleksi Pribadi:
Apakah yang Anda ketahui tentang Kerajaan 1000 tahun damai menurut konteks Yesaya 51:1-23? Jawab:

Tuesday, December 4, 2018

Renungan : Kedamaian Kekal Yohanes 14:27

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”
(Yohanes 14:27)

Setiap orang menginginkan sebuah kedamaian, artinya ada rasa aman, tidak ada kerusuhan atau perang, seperti yang pernah dirasakan oleh Penulis. Ketika ada dalam suasana kerusuhan sangat tidak menyenangkan. Saat beribadah harus tetap siaga, jika ada yang membunyikan tiang listrik maka ibadah harus segera diselesaikan saat itu juga dan semua jemaat harus pulang ke rumah atau mengungsi. Pengalaman lain ketika sedang belajar di sekolah dan ada yang berteriak: “kita diserang”, maka semua siswa harus segera mengungsi ke asrama tentara yang dekat dengan Sekolah. Situasi seperti ini terjadi  pada tahun 2001. Akibatnya ruang gerak terbatas dan harus tetap berwaspada atau berjaga-jaga setiap waktu.
 
Kondisi seperti ini membuat masyarakat yang ada di Maluku Utara hidup dalam ketakutan dan terus menanti kapan berakhir dan semua kembali seperti semula, realitanya kurang lebih dua sampai tiga tahun barulah keadaan membaik, rasa takut dan kuatir perlahan-lahan mulai hilang. Keadaan aman dan tenang merupakan dambaan semua orang, tetapi perlu diingat bahwa ketenangan yang ada di dunia ini hanya sementara, walaupun secara manusia terlihat aman dan tenteram. Ketenangan yang dari Tuhan itukekal.
 
Oleh sebab itu, kita perlu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, dan izinkan Dia menguasai seluruh kehidupan kita melalui pribadi Roh Kudus yang tinggal dalam hidup kita. Dengan demikian kedamaian kekal akan dirasakan setiap waktu walaupun situasi di sekeliling kita tidak mendukung. Hari ini biarlah damai dari Tuhan  yang memelihara hati dan pikiran kita. Filipi 4:7 mengatakan, “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.“
Doa: Terima kasih Tuhan Yesus buat kedamaian yang Engkau berikan dalam hidupku. Biarlah hidupku tetap ada dalam naungan-Mu. Amin.

ILUSTRASI TIDAK MERASA CUKUP

Cukup itu berapa?


Ada seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata “cukup”.


Si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya. Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya.  Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana. Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.
Masih kurang.


Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.
Belum cukup. Dia membiarkan mata air itu terus mengalir, hingga akhirnya petani itu mati tertimbun.
Petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya, karena dia tak pernah bisa berkata “cukup”.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup ?
Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.


Semua merasa kurang, kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata “cukup” ? Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup, adalah persoalan kepuasan hati. Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.
Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup, bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yg berbahagia.


Amsal 30:15-16  Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: "Cukup!"
Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan bumi yang tidak pernah puas dengan air, dan api yang tidak pernah berkata: "Cukup!"
Ibrani 13:5 "...cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Sunday, December 2, 2018

ILUSTRASI PENGHARAPAN



Suatu hari seorang ayah menyuruh anak-anaknya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yang berbeda.


Anak pertama disuruhnya pergi pada musim dingin. Anak ke-2 pada musim semi. Anak ke 3 pada musim panas. Dan anak yang ke-4 pada musim gugur.
Anak 1: Pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.
Anak 2: Pohon itu dipenuhi kuncup-kuncup hijau yang menjanjikan.
Anak 3: Pohon itu dipenuhi dengan bunga-bunga yg menebarkan bau yang harum.
Anak 4: Ia tidak setuju dengan saudaranya, ia berkata bahwa pohon itu penuh dengan buah yang matang dan ranum.


Kemudian sang ayah berkata bahwa kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yang berbeda.

Ayahnya berpesan, “Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa yang sulit.”


Ketika kamu sedang mengalami masa-masa sulit, segalanya terlihat tidak menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan cepat menyalahkan diri dan orang lain bahkan berkata bahwa kamu tidak mampu, bodoh dan bernasib sial. Ingatlah, kamu berharga di mata Tuhan, tidak ada istilah nasib sial bagi orang percaya.


Jika kamu tidak bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan kehilangan musim semi dan musim panas yang menjanjikan harapan, dan kamu tidak akan menuai hasil di musim gugur. Bersama Tuhan selalu ada pengharapan yang baru.

Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Saturday, December 1, 2018

ILUSTRASI KEBENCIAN DAN PENGAMPUNAN






Seorang ibu guru taman kanak-kanak mengadakan suatu permainan. Ibu guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa, tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.


 Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

“Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?” tanya si ibu guru.
Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.
Guru pun menjelaskan apa arti dari permainan yang mereka lakukan.

“Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.”
Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu.

Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup?

Friday, November 30, 2018

ILUSTRASI Menantu dengan Mertua


Seorang lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya. Beberapa saat tinggal bersamanya, akhirnya ia demikian kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat brengsek, cerewet dan angkuh sekali. Setelah 2 tahun, baginya cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya.

Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi petapa tua yang paling sakti di daerahnya. Usai ia bercerita dengan penuh kegeraman, sang petapa tersenyum dan mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk sang petapa adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya harus diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan dalam memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum. Hal ini untuk membuat si mertua supaya tidak mencurigainya. Dengan penuh kesabaran, hari demi hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti ia mulai melihat perubahan pada mertuanya.

Ada satu hal yang membuatnya bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, kelakuan mertua ini justru berubah menjadi demikian baik padanya. Sikapnya berubah 180 derajat dari sebelumnya, ia mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebelum akhirnya meninggal. Mendekati hari ke-40 sikap mertua semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya. Sebuah perilaku mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.

Puncaknya pada hari ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua. Tak ayal lagi, hati kecilnya mulai memberontak. Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat. Pada hari ke-55, sudah tak terbendung lagi penyesalan itu, karena melihat perubahan si ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya. Akhirnya pergilah ia ke petapa itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia memohon-mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang petapa padanya.

Dengan senyum bijaksana, petapa itu berkata “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah racun, namun air biasa yang kuberi warna saja. Sikap mertuamu yang berubah menjadi sayang padamu, disebabkan karena sikap dirimu yang terlebih dahulu berubah menjadi lebih ramah, lebih santun dan selalu senyum padanya."

Apakah kita sering merasa kesal dengan sikap orang lain terhadap kita? Mungkin kita perlu mengoreksi diri kita sendiri, karena sikap orang lain terhadap kita adalah cerminan dari sikap kita terhadap orang lain.

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7:12)

Thursday, November 29, 2018

Yesaya 45:1-8

Dalam teks ini menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Koresy disebut “yang diurapi”, sekalipun dia bukan seorang penyembah Allah (ay. 4-5). Gelar “yang diurapi” merupakan gelar sama yang Allah berikan kepada Anak-Nya (Mesias atau Kristus). Koresy (550-530 SM) diurapi dalam arti bahwa ia dipakai Allah untuk melaksanakan tugas penting membebaskan Israel dari perhambaan supaya Allah dapat menyelesaikan rencana-Nya, memakai Israel untuk mengadakan keselamatan bagi umat manusia. Koresy mendirikan kerajaan Persia yang bertahan selama dua abad. Ia merebut Babel pada tahun 539 SM dan kemudian membiarkan orang Yahudi kembali ke negeri mereka (Ezr. 1:11).

Allah menyatakan kehendak-Nya, yaitu mengurapi Koresy menjadi alat-Nya. Hal ini sangat mengejutkan Israel sebab janji Allah untuk membawa Israel kembali dari tawanan, di mana Allah memakai raja bangsa Persia yang tidak mengenal Allah. Koresy ditempatkan Allah di posisi hamba-Nya yang diurapi (Yes 45:1). Koresy adalah raja Persia yang tidak mengenal Allah, namun dipercayakan Allah mengemban peran Daud (2 Sam. 7:8). Bagi Israel, tidak ada secercah pun harapan dalam rencana Allah. Allah sendiri akan membuat Koresy berhasil (2 Sam. 7:1-3). Allah memiliki banyak tujuan, yaitu: agar raja itu mengakui Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang benar (ay. 5-6; bnd. 2 Sam. 7:3); supaya bangsa-bangsa lain mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah yang sejati (2 Sam. 7:6); dan bahkan semua itu demi kebaikan Israel sendiri (2 Sam. 7:4). Oleh karena itu, meragukan apalagi mempertanyakan keputusan Allah itu sama bodohnya seperti tembikar mempertanyakan penjunan (2 Sam. 7:9), atau sama kurang ajarnya seperti anak mempertanyakan kelahirannya pada orangtuanya (2 Sam. 7:10). Betapa pun sukar dipahami rencana Allah itu, Israel harus menerimanya sebagai keputusan Allah yang berdaulat (2 Sam. 7:13), di mana Allah mencurahkan anugerah-Nya untuk kebaikan umat-Nya di bumi ini (2 Sam. 7:8).
Allah melakukan semua ini untuk mendemonstrasikan kedaulatan-Nya. “Dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, tidak ada yang lain di luar Aku” (ay. 6). Allah adalah Tuhan atas semuanya, dan tidak ada satu pun akan jadi tanpa Dia (ay. 7). Akulah yang menjadikan terang, Akulah yang menciptakan gelap, Akulah yang menjadikan nasib mujur dan Akulah yang menciptakan nasib malang. Allah menciptakan segala kebaikan dan penghukuman bagi mereka yang melawan Allah. Melalui tindakan penyelamatan yang Allah kerjakan ini, bangsa-bangsa lain di luar Israel menyadari dan mengakui Allah Israel adalah satu-satunya Tuhan. Sejak dari awal dunia diciptakan, Allah ingin menunjukkan kepada segala bangsa bahwa Dialah Allah yang berdaulat atas segala yang diciptakan. Sadarilah bahwa tanpa campur tangan Allah kita tidak mampu menyelamatkan dan melindungi diri kita sendiri.

Wednesday, November 28, 2018

ILUSTRASI : BURUNG RAJA WALI


Seekor burung rajawali bisa mencapai umur hingga 70 tahun. Tapi untuk mencapai umur tersebut adalah sebuah pilihan bagi seekor rajawali, apakah dia ingin hidup sampai 70 tahun atau hanya sampai 40 tahun.

Ketika burung rajawali mencapai umur 40 tahun, maka untuk dapat hidup lebih panjang 30 tahun lagi, dia harus melewati transformasi tubuh yang sangat menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan pilihan untuk melewati transformasi yang menyakitkan itu atau melewati sisa hidup yang tidak menyakitkan namun singkat menuju kematian.

Pada umur 40 tahun paruh rajawali sudah sangat bengkok dan panjang hingga mencapai lehernya sehingga ia akan kesulitan memakan. Dan cakar-cakarnya juga sudah tidak tajam. Selain itu bulu pada sayapnya sudah sangat tebal sehingga ia sulit untuk dapat terbang tinggi.
Bila seekor rajawali memutuskan untuk melewati transformasi tubuh yang menyakitkan tersebut, maka ia harus terbang mencari pegunungan yang tinggi kemudian membangun sarang di puncak gunung tersebut. Kemudian dia akan mematuk-matuk paruhnya pada bebatuan di gunung sehingga paruhnya lepas. Setelah beberapa lama paruh baru nya akan muncul, dan dengan menggunakan paruhnya yang baru itu ia akan mencabut kukunya satu persatu-satu dan menunggu hingga tumbuh kuku baru yang lebih tajam. Dan ketika kuku-kuku itu telah tumbuh ia akan mencabut bulu sayap nya hingga rontok semua dan menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Dan ketika semua itu sudah dilewati rajawali itu dapat terbang kembali dan menjalani kehidupan normalnya. Begitulah transformasi menyakitkan yang harus dilewati oleh seekor rajawali selama kurang lebih setengah tahun.

Burung rajawali ini ibarat kita sebagai manusia. Ketika sebuah masalah datang dalam kehidupan kita dan kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus diambil, dan sering dari pilihan yang kita ambil tersebut kita harus melewati suatu transformasi kehidupan yang menyakitkan bagi jiwa dan tubuh kita. Namun ditengah kesulitan tersebut kita harus ingat ada Tuhan yang menyertai kita, ada masa depan yang Tuhan sediakan untuk kita diakhir perjuangan kita, suatu kehidupan yang lebih baik, suatu pemulihan hubungan, suatu kesembuhan, suatu sukacita atau sesuatu yang kita impikan selama ini.

Mazmur 25, Berbahagialah Orang Yang Diingat Tuhan

Baca: Mazmur 25
"Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN." (Mazmur 25:7)

Semua orang pasti berharap dirinya selalu diingat dan tidak dilupakan oleh sesamanya, seperti teman, kerabat atau saudara. Betapa sedih dan kecewanya bila pada suatu kesempatan kita bertemu dengan teman lama, ternyata teman kita itu sudah tidak lagi mengingat kita alias lupa. Kita patut bersyukur, sekalipun manusia bisa saja melupakan dan tidak lagi mengingat kita tapi Tuhan tak pernah melupakan kita. "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5).

Alkitab menegaskan orang benarlah yang selalu diingat oleh Tuhan, "...orang benar itu akan diingat selama-lamanya." (Mazmur 112:6).Namun ada seorang penjahat yang diingat Tuhan, karena pada saat akhir perjalanan hidupnya ia merendahkan diri dan berpengharapan penuh kepada Tuhan. Oleh karena imannya itu Ia tidak lagi memperhitungkan dosa-dosanya, sebaliknya Ia mengingat dan menyelamatkannya. Orang itu adalah salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Tuhan Yesus. Ketika penjahat lain menghujat-Nya, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" (Lukas 23:39), tetapi penjahat yang satunya justru berkata, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Lukas 23:42).Ketika Tuhan Yesus dalam keadaan tak berdaya, masih tergantung di atas kayu salib, penjahat ini percaya bahwa Dia adalah Raja. Karena imannya berkatalah Tuhan Yesus kepadanya, "...sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43).

Walaupun tadinya penjahat itu sama seperti penjahat lain di sebelah Tuhan Yesus, namun ia telah membuat keputusan penting dalam hidupnya yaitu bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pada saat ia masih berada di atas kayu salib. Ia menerima Tuhan Yesus sebagai Raja sebelum ia mati.

Kehidupan di masa lalu tak menentukan keselamatan: asal kita mau bertobat, langkah terakhir dari hidup ini yang menentukan!

Sunday, November 25, 2018

ILUSTRASI : Kebencian Hanya Menyakiti Dirimu Sendiri

Seorang anak laki-laki curhat kepada ayahnya tentang kebenciannya terhadap seorang teman yg menyakitinya.

Sang ayah berkata, "Maafkan aja dia, hilangkan kebencianmu."

"Tidak bisa ayah. Saya sangat membencinya." Anak itu bersikeras.

"Ya sudah sekarang tidurlah, besok pagi ada yang harus kita kerjakan," kata sang ayah.

Pagi hari sang ayah sudah menyiapkan sekarung kerikil yang digantung di pintu pagar belakang. "Coba kamu bayangkan karung ini sebagai perwujudan temanmu, kemudian pusatkan kebencianmu pada kepalan tanganmu dan pukulah sekeras dan sebanyak mungkin karung ini," kata sang ayah kepada anaknya.

Sang anak menuruti perintah ayahnya. Tetapi hanya 3 kali pukulan keras dia sudah kesakitan di tangannya, memar dan berdarah.

"Apakah teman yang kamu benci di sana merasakan sakit seperti yang kamu derita saat ini?" tanya sang ayah.

"Tentu tidak," kata sang anak.

Sang ayah mulai menasehati. "Begitulah yang terjadi pada hatimu, anakku. Kebencian hanya menyakiti hatimu sendiri, teman yang kamu benci tidak akan menderita melebihi deritamu. Bahkan bilapun kamu memukulnya, derita yang dia rasakan tidak akan melebihi derita hatimu.

"Mungkin dia luka oleh pukulanmu, namun luka luarnya akan cepat sembuh, sedangkan kebencianmu tidak akan berkurang, bahkan semakin besar menguasai hatimu. Itulah juga yang terjadi saat ada orang yang membencimu, kebenciannya tidak akan membuatmu menderita melebihi penderitaannya."

Tidak ada gunanya menyimpan kebencian di hati, karena hanya akan menyakiti diri sendiri. Tersenyumlah ketika hati kita tersakiti. Jangan biarkan kebencian bertumbuh di hati kita, karena ketika benih yang jahat itu tumbuh subur maka suatu saat benih itu akan menghancurkan hidup kita.

Kasihanilah dan doakan orang-orang yang membenci kita, karena sesungguhnya penderitaan di hati mereka jauh lebih dalam.

"Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran." (Amsal 10:12)

Kekuatan Pergaulan, Amsal 13:20

“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20)

Sebuah pepatah Jawa mengatakan, “Cedhak kebo gupak.” Artinya, jika kita berdekatan dengan kerbau, pasti kita terkena kotorannya. Pepatah ini menjelaskan bahwa seseorang akan terpengaruh oleh lingkungan pertemanan dan pergaulannya. Anda setuju dengan pepatah ini? Entah anda setuju atau tidak, dalam Alkitab jelas tertulis bahwa: “pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Ini menandakan betapa kuatnya pengaruh pergaulan atau komunitas dalam membentuk kebiasaan seseorang. Ayat ini bukan mengarahkan anda untuk menjadi orang yang anti-sosial atau hanya bergaul dengan orang percaya saja. Namun, anda perlu menghindari persahabatan dengan orang yang memiliki kebiasaan buruk.
Penulis Amsal juga menyampaikan nasihat senada, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20). Nasihat itu menandakan besarnya pengaruh pergaulan, baik secara positif maupun negatif. Jadi, kita harus selektif dalam memilih dengan siapa kita berteman dan bergaul.
Pertama, apakah kita sudah berteman, bergaul, dan memiliki komunitas yang membangun kehidupan yang berkenan di mata Tuhan? Kedua, sebagai orangtua, apakah kita mengenal dengan baik lingkungan pergaulan anak kita? Ketiga, bukannya kurang penting, sebagai teman, apakah kita sudah memberikan dampak yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan? Orang yang memiliki kebiasaan buruk juga memerlukan sentuhan untuk menjadi baik.
Dalam perjalanan hidup kita, yang menentukan baik buruknya hidup kita adalah dengan siapa kita bergaul. Pergaulan menjadi hal penentu utama dalam hidup kita. Jadi, kita harus pintar-pintar memilih teman. Karena teman-teman kita, menentukan masalah yang akan kita temui dan hadapi nanti. Teman bagaikan tombol lift, dapat membawa kita naik atau turun kerohaniannya.

Doa: Allah Roh Kudus, tuntunlah hidupku supaya dapat bergaul dengan orang yang tepat. Sehingga hidup kerohanianku semakin dewasa dan menjadi terang bagi sesama. Amin.

Jangan Asal Bapak Senang, Kolose 3:23-24

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya” (Kolose 3:23-24)

“Asal Bapak Senang” (ABS) adalah sebutan yang digunakan sebagai sindiran untuk sebuah atau sejumlah laporan yang sebenarnya tidak sesuai kenyataan, tapi tertulis dan direkayasa agar bagaimana si majikan atau pejabat tersenyum dan senang melihat laporan dari tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya.
Dalam Kolose 3:23 dikatakan: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Paulus menasihatkan orang percaya untuk menganggap semua pekerjaan sebagai suatu pelayanan kepada Tuhan Yesus. Orang percaya dalam bekerja harus bekerja seakan-akan Kristus adalah majikannya yang akan memberikan upah kepadanya.
Apapun yang kita perbuat, tidak memandang bawahan atau atasan, di mata Tuhan adalah sama. Paulus mengajarkan bahwa sebagai bawahan maka harus melakukan pekerjaan dengan segenap hati untuk Tuhan, ada ketulusan, ketaatan, hormat kepada pemimpin. Jangan ABS (Asal Bapak Senang), tetapi tempatkanlah Tuhan sebagai majikan, dengan demikian hidup dan pekerjaan kita akan berkualitas. Sebaliknya, sebagai atasan, Paulus menasihatkan agar mereka juga melakukannya untuk Tuhan. Hal demikian akan menjauhkan mereka dari sikap sewenang-wenang, merasa membayar sehingga seenaknya memperlakukan karyawan atau bawahannya. Kepada atasan ataupun bawahan, Tuhanlah yang akan  menyediakan upah ataupun ganjaran tanpa memandang muka. Upah itu bisa berbentuk damai sejahtera, kebahagiaan, kesehatan dan sebagainya.
Marilah kita berlaku dan bertindak sesuai yang Tuhan kehendaki, jangan asal bos senang ataupun yang penting untung tanpa memperdulikan keadaan karyawannya. Maka upah yang menjadi bagian kita yang dari Tuhan akan diberikan atau dicurahkan tepat pada waktunya, tentunya itu jauh lebih berharga dari apapun juga.

Doa: Tuhan Yesus, ajar kami senantiasa hidup benar dengan melakukan segala sesuatu untuk Engkau. Dengan demikian kami pun mendapatkan upah yang dari Engkau. Amin.

Saturday, November 24, 2018

ILUSTRASI : Lakukan Yang Terbaik

Ada seorang pemuda yang ingin menimba pengalaman dari seorang pengusaha sukses. Dia pun mendatangi pengusaha tersebut dan berkata, “Terus terang saya sangat ingin menimba pengalaman dari Bapak sehingga bisa sukses seperti Bapak.”
Mendengar permintaan itu, sang pengusaha tersenyum sejenak. Kemudian, ia pun meminta anak muda itu menengadahkan tangannya. Si pemuda pun terheran-heran. Namun, lantas si pengusahapun menjelaskan maksudnya.
“Biar aku lihat garis tanganmu. Dan, simaklah baik-baik apa pendapatku tentangmu sebelum aku memberikan pelajaran seperti yang kamu minta”
Setelah menengadahkan kedua tangannya, si pengusaha pun berkata, “Lihatlah telapak tanganmu ini. Di sini ada beberapa garis utama yang menentukan nasib. Di sana ada garis kehidupan. Kemudian, di sini ada garis rezeki dan ada pula garis jodoh. Sekarang, menggenggamlah. Di mana semua garis tadi?” 
“Di dalam telapak tangan yang saya genggam.” jawab pemuda tersebut.
“Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir dan keadaanmu kelak, semua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Kerja keraslah untuk mendapatkan semua itu. Tetapi coba lihat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yang tidak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yang berada di luar kendalimu. Karena di sanalah letak kekuatan Tuhan yang kita tidak akan mampu lakukan dan itulah bagianNya.”
Genggam dan lakukan bagianmu dengan kerja keras dan sungguh, dan bawalah kepada Tuhan bagian yang tidak mampu engkau lakukan!
Do The Best and Let God Do The Rest!

Friday, November 23, 2018

Yesaya 43:1-7

YESAYA 43:1-7

Tuhan adalah Allah yang beranugerah. Walaupun umat-Nya tidak layak untuk mendapat penyertaan-Nya, namun dalam kemurahan-Nya Allah tetap menyertai dan melindungi mereka. Nats pada hari ini memperlihatkan kepada setiap kita bahwa dalam pembuangan Allah tetap menyertai dan melindungi umat-Nya.
Pada kitab Yesaya 42:25 Allah menumpahkan murka kepada umat yang tidak mau mengikuti jalan-Nya dan menghanguskan mereka. Namun, Allah menyatakan bahwa Ia tetap menyertai dan melindungi umat yang sedang Ia hukum. Inilah anugerah! Allah setia dengan perjanjian-Nya. Allah telah menciptakan dan membentuk Israel, Ia telah menebus dan memanggil Israel dengan nama-Nya, dan mereka adalah kepunyaan-Nya, “Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.” (ayat 1). Oleh karena itu, dalam murka Ia tetap mengingat kasih sayang (bnd. doa Habakuk, Hab. 3:2), dan menyelamatkan umat-Nya dari air maupun api. Kontras antara air dan api merupakan sebuah idiom yang menyatakan totalitas dari kesulitan.
Penyertaan Tuhan juga dilandasi oleh apa yang telah Ia lakukan bagi umat-Nya di masa yang lampau. Istilah “TUHAN, Allah-mu” merupakan istilah yang dipakai dalam kitab Keluaran (Kel. 20:2), untuk menyatakan penebusan yang telah dilakukan oleh-Nya. “Yang Mahakudus, Allah Israel” adalah istilah yang secara khusus Yesaya pakai untuk Allah, menyatakan realitas kekudusan Allah dan relasinya dengan Israel. Kedua istilah ini memberikan penghiburan. Walaupun Allah murka karena kekudusan telah dilanggar, relasi perjanjian-Nya dengan Israel tetap bertahan. Allah setia dengan kasih-Nya, maka Ia akan menyelamatkan Israel walau harus menghancurkan bangsa lain (Ayat 4). Semua ini karena umat-Nya merupakan orang yang disebut dengan nama-Nya, yang telah Ia ciptakan untuk kemuliaan-Nya.
Puji Tuhan! Walaupun kita umat Allah yang sering tidak taat, Allah tetap memberikan anugerah penyertaan-Nya dan melindungi kita. Marilah kita bersyukur untuk anugerah-Nya yang begitu luar biasa ini. Berbaliklah dari dosa kita dan berkomitmenlah untuk lebih taat lagi kepada-Nya.

Pertanyaan Refleksi Pribadi:
Apakah Anda pernah mengalami penyertaan Tuhan? Dalam hal apa saja? Jawab:

Thursday, November 22, 2018

ILUSTRASI : Kepiting dan Pertapa

Suatu ketika di sore hari yang sejuk, nampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai, sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur,dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting. Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya.

Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting, engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?”

“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si pertapa muda.dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.

“Lihat, anak muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik,tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong mahluk lain, tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, bukan?”

Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang paman ajarkan.”

Mempunyai sifat belas kasih, mau memperhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orang tua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.

Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. (Amsal 14:15)